Selasa 5 Febuari 2008


Jam 5 lewat, sore.

Inget majalah yang baru kubaca semalam, isinya tentang tips merawat mata dari luar. Ambil satu sendok teh daun teh hijau ke dalam cangkir, seduh dengan air panas kira2 90oC. Saring. Uapkan ke mata kiri dan mata kanan kira-kira 5-10 menit. Well, i’ll try. Sekalian minum teh hijau juga deh.

Um, kalau buat nguapin mata doang kan butuh cuman sesendok teh, jadi kalau untuk sekalian diminum mungkin perlu ditambah beberapa lagi ya.
[kataku sekarang: haha. Inilah biang petaka. Ternyata nggak boleh sembarang analisis kayak begini ya. Hati-hati berbahaya, jangan ditiru. Semua ada ilmunya]

Akhirnya ku isi satu cangkir hijau itu dengan bubuk teh hijau sampai kira-kira 4 atau 5 sendok teh...


Sebelum Sholat Maghrib

Ada yang menggelitik di dalam perut. Ups, sedikit melilit juga. Mungkin masuk angin? oh ya, lengan baju memang sedikit lembap. Dan rasanya udara memang agak dingin.


Ba’da Maghrib

AstaghfiruLLooh... melilit dan sakit. Tambah kerasa. Semakin nyata. Baju sudah kuganti. Baju kenangan OSIS merah. Ups, baju merah kenangan OSIS. Sudah berbaring menahan sakit dan sedikit kedinginan. Mengaduh. AstaghfiruLLooh.... ayo, banyak-banyaklah beristighfar daripada mengeluh ’sakit-sakit’ atau ’aduh-aduh’. Mudah-mudahan sakitnya bisa jadi penggugur dosa-dosa.

Mulailah za mencari-cari akar permasalahannya. Tadi makan apa aja? Apa ada makanan yang sudah basi yang aku makan? Bener juga ya, pernah dapat info kalau masalah kesehatan itu banyak munculnya justru disebabkan makanan (itu sebabnya makanan harus dijaga, baik porsinya ataupun apa yang dimakan, gitu ya?). Kutelusuri ingatanku tentang isi perutku, dan yah, inilah yang paling mencurigakan: teh hijau!

’Bu, teh hijau bisa basi nggak?” kurang lebih begitu pertanyaan ku. Terus ibu tanya apa bubuk teh-nya lembap, dan karena aku tahu bubuk teh nya nggak lembap, maka kesimpulannya masalahnya bukan basi/nggaknya teh hijau. Kecurigaan selanjutnya dan aku hampir yakin ini sebabnya: Porsinya teh hijau.

Mungkin Ibu lihat ampas teh hijau yang kuseduh. Karena tiba-tiba Ibu masuk dan bilang kalau cukup satu sendok teh (untuk satu porsi teh hijau). Jelas yang aku buat sudah terlalu pekat karena, ”itu sih bisa buat seteko” kata Ibu.

...

InnaliLLaahii..


Adzan ’Isya berkumandang...

Ayo, ini saatnya mempraktekkan kekuatan sugesti. Pikirkan, ini nggak sesakit yang kau kira. Tarik nafas. Rileks. Yap, nggak, nggak sakit kok, pikirkan kalau ini nggak (terlalu) sakit. Kuat... kuat.. Yuk sholat yuk...
Inget...inget... kisah di buku itu. Seorang temen pernah cerita tentang buku yang dia baca, ceritanya tentang gimana kaum salaf bersungguh-sungguh menjaga sholat. Ada yang tengah sakit tapi tetap berusaha untuk hadir sholat jama’ah... ayo.. ayo.. sholat...


Ba’da Isya

Tiba-tiba tenggorokan rasanya kering. Oh iya, tadi Ibu menyarankan untuk banyak-banyak minum. Hebatnya Alloh yang mencipta tubuh ini, saat aku mungkin butuh banyak air karena ’kesalahan porsi’ tadi, dan belum kulakukan, tenggorokanku mengering. Mungkin bagian dari pertahanan?

Teringat kira-kira pekan lalu, temanku bercerita kalau jati belanda yang dikonsumsi berlebihan bisa menyebabkan iritasi(atau radang ya?) usus. Analisis sederhanaku mengatakan mungkin ada hubungannya [hei... jangan sembarangan lagi ya..]. Secara [oi.. gunakan secara secara benar atuh] jati belanda itu dipakai untuk menguruskan badan, dan dari apa yang kubaca kemungkinan teh hijau memiliki khasiat yang mirip. (karena ada produk pelangsing yang komposisinya teh hijau+jati belanda). Inget itu, mulai panik juga. Apalagi perut semakin sakit, keringat keluar, dan aku kedinginan. More difficult to act like nothing happen. Kepala mulai mikir macem-macem.

Aku minum banyak. Pening rasanya. Perut sudah banyak terisi air. Kembung, sedikit. Di meja makan. Duduk. Bapak-Ibu menawarkan makan. Um,, I don’t think so. Masih berontak nih, kayanya nggak ngisi dulu. Ibu menawarkan madu. That’s right! I take 2 spoon of it and... well it’s going better. AlhamduliLLaah sakitnya berkurang.

Jam sembilan lewat, malam.

Aku coba bawa tidur dengan sedikit sakit. Ups, mulai kerasa lagi. Ku coba minum lagi.. Sekarang agak sesak rasanya, seperti ada yang menyekat tenggorokan.. ayo minum lagi pakai air hangat.
...


11.39 PM waktu komputer

Alhamdulillaah... sakitnya sudah nggak terasa. Kucoba alihkan perhatian dengan ngetik pengalaman sakit ini. Baru sadar deh sekarang: kalau tujuanku memperbanyak jumlah teh karena akan diminum juga, seharusnya sediakan air panas lebih dari satu cangkir. Karena kalau nambah jumlah bubuk teh hijau tapi jumlah airnya sama, ya.. jadilah teh yang pekat itu.

Jadi, hati-hati dengan ilmu yang sepotong-sepotong. Jangan sembarangan ambil kesimpulan. Semuanya ada ilmunya. Berilmulah sebelum berkata dan berbuat.

|
This entry was posted on 10.14.00 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.